Selasa, 08 Januari 2019

Preman Masuk Pesantren

Halo teman" saya ingin SHARE sedikit cerita yang sangat menarik untuk di baca..selamat menikmati ya..jangan lupa di SHARE..


Prolog

Cerita ini berkisah tentang seorang Preman yang terpaksa harus bersembunyi di sebuah Pesantren Tradisional karena menjadi buronan polisi. Apa bila ada nama dan cerita yang mirip dengan pembaca, itu bukan disengaja. Cerita ini murni hasil imajinasi yang menggali sisi gelap manusia.

Jaka 22 tahun seorang perampok muda yang bersembunyi di sebuah pesantren menghindari kejaran
   polisi.                                                                                                               



Kyai Kholil 63 tahun pengasuh pondok pesantren yang zuhud. Orang zuhud tidak mau diphoto.


Nyai Jamilah, istri ke dua kyai Kholil yang cantik dan baru berusia 26 tahun.
                                                         

Dewi, sahabat masa kecil Jaka yang membantu Jaka melarikan diri ke Pondok Pesantren tempat saudara sepupunya Nyai Jamilah.


Shinta santriwati cantik, judes, cerdas dan banyak akal.


Nabila, santriwati lugu yang polos namun masa lalunya pahit.


Kyai Amir anak dari Mbah Kholil.

Ahmad, tangan kanan Kyai Amir.





1. Pelarian Seorang Perampok



“Jaka, ada polisi...!” seru sahabatku si Tompel gugup melihat beberapa orang polisi menghampiri ke arah kami dari kejauhan. Kewaspadaanku langsung meningkat, siapa yang sudah menghianatiku? Pasti Herman yang tertangkap waktu kami melakukan perampokan yang gagal total, aku dan Tompel berhasil melarikan diri, sedangkan Herman tertangkap sedangkan Jek tertembak mati, itu kabar yang sempat aku lihat di TV 

“Tenang jangan gugup.” Kataku berusaha tenang. Otakku berpikir keras untuk menyelamatkan diri dari polisi yang pasti sudah mengepung daerah ini menutup ruang pelarian kami, bukan berarti tidak ada celah untuk melarikan diri. Aku melihat ke arah Cisadane yang sedang banjir, hanya itulah satu satunya cara untuk melarikan diri dari kepungan para polisi itu. Terlalu berbahaya berenang di aliran Sungai Cisadane yang sedang meluap, nyawa taruhannya.

Tapi aku sangat mengenal Cisadane karena aku besar di sini dan Cisadane menjadi sudah menjadi sahabat akrab sejak aku kecil, bersama dengan teman temanku, kami selalu meloncat dari Jembatan saat Cisadane sedang banjir. Dengan berbekal ban mobil bekas, kami berenang mengikuti aliran sungai Cisadane sejauh dua kilometer. Hanya Tompel yang tidak pernah mempunyai cukup keberanian berenang di sungai Cisadane yang sedang banjir dan artinya aku tidak bisa memaksa Tomp terjun ke Cisadane untuk melarikan diri.

"Jak, bagaimana ini?" tanya Tompel semakin panik melihat tiga orang polisi semakin dekat. Aku semakin yakin mereka akan menangkap kami setelah perampokan yang kami lakukan beberapa hari yang lalu dan salah satu anggota kami tertangkap polisi sementara satunya lagi tewas tertembak peluru lanas.. Kembali aku melihat Cisadane dan melihat gelondongan kayu cukup besar terbawa hanyut bisa aku gunakan untuk berenang di aliran sungai Cisadane yang meluap, tapi bagaimana nasib Tompel?

Dia sahabat karibku sejak kecil yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Suka dan duka sudah kami lewati bersama dimulai dari mencuri pentil mobil sebagai kenakalan anak anak meningkat mencuri kaca spion saat kami sekolah SMP, hingga akhirnya kami menjadi pencuri toko sepulangnya aku dari Pesantren. Hingga akhirnya kami kenal dengan Herman seorang perampok yang terkenal, dari situlah aku beralih profesi menjadi seorang perampok spesialis nasabah Bank. Beberapa hari yang lalu kami merampok seorang nasabah yang melawan sehingga Jek terpaksa membacok orang itu hingga tewas, polisi yang ada di tempat kejadian langsung menembak Jek dan berhasil menangkap Herman. Sedangkan aku dan Tompel bisa menyelamatkan diri.

"Diam di tempat, jangan bergerak..!" teriak Polisi sambil menodongkan pistol ke arah kami dari jarak dua meter, aku bergerak mundur menunggu saat yang tepat untuk meloncat ke Cisadane yang berjarak dua meter dari tempatku berdiri.

"Jangan tembak...!" teriak Tompel langsung tiarap tanda menyerah. Refleks aku meloncat ke arah sungai tanpa berpikir panjang,. Tekadku sudah bulat, lebih baik mati terbawa hanyut dari pada harus mendekam di Penjara. Aku terperangkap dalam arus air yang sangat deras, sekuat tenaga aku berusaha mengapung ke permukaan air yang sangat kotor. Sekilas aku melihat ke arah tempatku meloncat sudah sangat jauh sehingga, aku berenang berusaha mengejar gelondong kayu besar yang sudah aku incar sejak tadi.

Ternyata tidak semudah seperti yang aku pikirkan, aku harus berjuang keras menggapainya mengikuti arus air yang sangat deras dan dipenuhi sampah, beberapa kali aku gagal menggapai gelondong kayu yang berputar terbawa arus hingga akhirnya aku berhasil meraih gelondong kayu besar setelah tenagaku terkuras dan beberapa kali aku meminum air yang dipenuhi sampah. Aku memeluk gelondongan kayu agar tidak tenggelam menunggu gelondongan kayu terhempas ke sisi. Kesempatan yang tidak aku sia siakan, aku meraih akar pohon yang menjulur. Dengan bersusah payah aku naik melalui tebing cadas hingga akhirnya aku sampai ke atas. Aku merebahkan tubuhku yang letih di atas tanah yang agak datar. Mataku terpejam menikmati keberhasilanku melewati maut.

Entah seberapa jauh aku terbawa arus sungai, yang pasti sudah sangat jauh. Untuk sementara aku aman. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tempat ini sudah tidak aman, aku harus mencari persembunyian yang lebih aman. Aku mengambil dompetku yang basah kuyup dan mengeluarkan beberapa lembar 100.000 yang ikut basah, aku meletakkan satu demi satu 10 lembar uang 100.000 agar cepat kering. Lalu aku mengambil hp ku yang mati karena terkena air, aku ragu bisa menyelamatkan HP yang mati.

Setelah aku menjadi lebih tenang, baru aku sadar betapa baunya pakaianku yang kotor, aku tidak mungkin pergi dari tempat ini dengan keadaan seperti ini, akan menarik perhatian orang dan itu sangat tidak menguntungkan. Polisi pasti sudah mulai menyisir aliran sungai Cisadane, berada di tempat ini juga sangat berbahaya. Aku memperhatikan sekelilingku, ternyata aku berada di tanah lapang yang luas ditumbuhi rumput liar. Sejauh mata memandang aku tidak melihat ada rumah, tanah lapang ini dikelilingi oleh pohon pohon tinggi. Entah sekarang aku berada di mana.

Setelah aku merasa tubuhku lebih segar, aku memasukkan uang ke saku sedangkan hp aku buang ke sungai. Hari mulai gelap, aku harus segera meninggalkan tempat ini. Aku berjalan mengikuti jalan setapak yang membawaku ke jalan raya desa.

Aku menarik nafas lega setelah kakiku menginjak jalan aspal yang keras, aku seperti kembali ke dunia. Sudah saatnya aku mengatur rencana pelarianku sebelum polisi menemukanku, aku harus berlari jauh dari kota Bogor yang sudah membesarkanku sebagai perampok paling ditakuti.

Saat sedang asyik berpikir sambil berjalan di pinggir jalan yang sepi, sebuah motor berhenti tepat di sampingku, membuatku waspada dan siap melakukan serangan mematikan.

"Jaka, cepat naik...!" kata suara yang sudah aku kenal walau aku tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup helm. Tanpa berpikir panjang aku naik ke boncengan motor yang langsung melaju dengan cepat seperti sedang dikejar hantu.

Dewi, bagaimana dia bisa menemukanku di tempat ini? Rasanya bukan sebuah kebetulan, aku sangat mengenalnya, kami tumbuh dan besar di lingkungan yang sama, bahkan aku adalah pria yang beruntung mendapatkan keperawanannya saat kami sedang mabuk. Tanpa ikatan, kami melakukannya atas dasar suka sama suka dan Dewi sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Bahkan secara tidak langsung, akulah yang menjerumuskannya menjadi seorang pelacur kelas atas. Dia adalah primadona di tempat mangkalnya dengan tarif satu juta permalam.


"Kamu harus secepatnya meninggalkan Bogor, kamu sudah jadi DPO paling dicari karena korban yang mati terbunuh adalah anak seorang jenderal Polis." kata Dewi setibanya di rumah kontrakan yang jauh dari tempat tinggalku. Daerah sini terkenal dengan tempat prostitusinya.

"Kamu dapat info dari mana?" tanyaku heran. Kenapa Dewi bisa tahu secepat itu.

"Om om langgananku semalam nyerocos waktu mabok, dia seorang perwira menengah polisi, sekarang kamu mandi dulu, nanti aku ceritain lagi." kata Dewi mendorongku masuk kamar mandi yang tidak ada pintunya. Tanpa protes aku segera mandi membersihkan tubuhku yang kotor sehabis berenang di Sungai Cisadane yang kotor membawa sampah dari berbagai penjuru kota Bogor.

"Ini handuk..!" kata Dewi memberikanku handuk tanpa merasa risih melihat tubuhku yang telanjang karena dia sudah terbiasa melihatku telanjang bahkan dia sangat tergila gila dengan keperkasaan kontolku yang membuatnya meraih orgasme berulang ulang, dia rutin minta jatah dariku seminggu sekali. Hal yang belum pernah didapatkan dari para pelanggannya.

"Kamu nggak pengen?" tanyaku sambil menggerak gerakkan kontolku yang masih tertidur, berusaha memancingnya agar terbangun dari tidurnya. Setelah ketegangan yang kualami, rasanya menikmati jepitan memek Dewi bisa membuatku rileks.

"Nggak ada waktu buat ngentot, kamu harus secepatnya pergi dari sini sebelum polisi datang." jawab Dewi, wajahnya terlihat sangat tegang sehingga mengabaikan kontolku yang bergerak perlahan.

"Gimana caranya kamu bisa nemuin aku?" tanyaku penasaran. "Aku pake baju apa?" tanyaku sadar tidak mungkin memakai pakaianku yang tadi.

"Pake bajuku, ada beberapa celana jeans yang aku beli buat kamu tapi belum sempet aku kasih ke kamu. Tadi aku sempat melihat kamu loncat ke Cisadane, aku pikir kamu nggak akan bisa mati begitu saja di Cisadane, kamu sudah biasa mandi di Cisadane waktu banjir." kata Dewi sambil bergerak cepat membuka lemari pakaian dan mengambil kaos serta celana jeans yang langsung diberikan kepadaku yang berdiri di belakangnya.

"Masa aku nggak pake cd !" kataku memegang pakaian yang diberikan Dewi. Aku tidak biasa pakai CD, membuat kontolku tidak nyaman.

"Pake CD aku..!" kata Dewi memberikan CDnya, aku ragu menerimanya.

"Kamu beneran nggak mau ngentot?" tanyaku lagi, berharap bisa menikmati tubuhnya sebelum pergi.

"Please, kamu harus pergi sebelum polisi datang. Aku punya kenalan yang nikah sama kyai pengasuh pesantren di daerah Jawa Tengah, untuk sementara kamu tinggal di situ sampai situasinya aman." kata Dewi.

"Masa aku mesti tinggal di pesantren?" tanyaku heran, aku seorang perampok terkenal harus masuk pesantren, sungguh tempat yang membuatku seperti hidup dalam penjara. Orang tuaku pernah memasukkan aku dua kali ke Pesantren karena kenakalanku. Di Pesantren pertama aku sempat bertahan selama satu tahun sebelum kabur karena tidak betah. Setelah lulus SMA, kembali aku masuk Pesantren selama hampir dua tahun sebelum akhirnya diusir karena sering ngintip santriwati mandi bahkan kesalahanku yang paling fatal adalah berbuat mesum dengan seorang janda muda yang berada dekat lingkungan pesantren. Hampir saja aku dihakimi massa sehingga kalau saja aku tidak berhasil melarikan diri.

"Hahahaha...!" Dewi tertawa terbahak bahak membuatku merasa heran karena tidak ada hal lucu yang harus ditertawakan.

"Kenapa kamu ketawa?" tanyaku bertolak pinggang di hadapannya. Apa dia menertawakan kontolku yang berdiri tegak di balik celana dalam Dewi yang dengan sangat terpaksa aku pakai. Dan saat aku menyadari apa yang membuat Dewi tertawa, tanpa dapat kucegah aku ikut tertawa geli karena memakai celana dalam Dewi yang transparan, bahkan hampir robek karena tonjolan kontol ku yang sudah tegak.

"Buru, pakai baju. Aku takut polisi akan menemukanmu di sini." kata Dewi memasukkan beberapa kaos miliknya ke dalam ransel dan juga dua buah celana jeans yang memang sengaja dibeli untukku.

Masa bodoh dengan CD Dewi yang terpaksa aku pakai. Setidaknya aku merasa sedikit lebih nyaman daripada harus tidak memakai CD sehingga kontolku akan tergesek celana jeans yang kasar dan bisa membuat kontolku lecet karena tergesek celana jeans yang kasar..

"Kamu mau ke mana?" tanyaku heran melihat Dewi memasukkan pakaiannya ke dalam koper satunya lagi berikut perlengkapan wanita lainnya.

"Aku akan mengantarmu sampai Karawang dari sana kamu harus melakukan perjalanan sendiri ke Jawa Tengah." jawab Dewi.

"Jangan, aku bisa pergi sendiri." kataku menolak kebaikan Dewi, terlalu berisiko dia mengantarku sampai Karawang. Aku adalah seorang DPO paling dicari saat ini.

"Kamu tidak bisa pergi sendiri, razia ada di sekeliling kota Bogor untuk menangkapmu. Ayo kita berangkat." kata Dewi membuatku harus mengalah dengan keinginanya. Aku percaya dengan semua yang dikatakan Dewi, dia adalah sahabat terbaikku dan tidak akan pernah mengkhianatiku.

"Aku yang bawa motor..!" kataku mengambil kunci kontak dari tangan Dewi, aku lebih tahu jalan tikus ke arah Karawang bahkan sangat hafal karena aku selalu melakukan survei pelarian setiap kali akan melakukan operasi.

"Kita cari penginapan dulu..!" kataku setelah sampai Karawang, perjalanan yang memakan waktu hampir empat jam karena aku sengaja menghindar dari jalan raya utama yang lebih dekat.

"Kamu harus meneruskan perjalanan ke Jawa Tengah malam ini juga." kata Dewi terlihat sangat tegang. Wajar dia belum terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

"Kita cari penginapan, terlalu beresiko melakukan perjalanan malam dengan bus, orang akan lebih mudah menghafal orang yang berada di sekelilingnya sehingga polisi bisa melacak tujuanku." kataku berargumen.

"Tapi tidur di penginapan juga berisiko bahkan resikonya lebih besar." apa yang dikatakan Dewi benar dan aku tidak bisa menyangkalnya.

"Kalau begitu kita langsung ke Jawa Tengah pakai motor." kataku mengambil jalan tengah.

"Gila kamu, aku tidak biasa bawa kendaraan jarak jauh. Dari Karawang pulang ke Bogor saja aku bingung." kata Dewi protes membuatku menyadari kebodohanku sudah melibatkannya terlalu jauh ke dalam masalahku.

"Begini saja, sampai Cirebon motor kamu paketin ke Bogor, kamu naik bus atau kereta." kataku setelah berhasil menemukan solusi yang kuanggap terbaik.

"Oke kalau begitu." jawab Dewi setuju. Kami kembali naik motor, aku sengaja menjalankan kecepatan motor dalam batas yang wajar untuk menghindari perhatian orang.

============

"Ngapain kita ke Penginapan? Terlalu bahaya." protes Dewi begitu aku menghentikan motor di pekarangan sebuah penginapan melati di daerah Cirebon.

"Kita sudah jauh dari Bogor. Tidak mungkin ada yang curiga." kataku meyakinkan Dewi. Aku harus beristirahat satu atau dua jam untuk menyegarkan tubuhku. Sekarang sudah jam 4 pagi.

"Kamu yakin?" tanya Dewi, ketegangan di wajahnya belum hilang sedikitpun.

"Yakin, Polisi pasti masih mencariku di sepanjang sungai Cisadane, bahkan mungkin mereka sudah menyangka aku mati. Lagipula kamu tidak mau ngasih aku kenang kenangan sebelum di Pesantren?" tanyaku sambil meremas pantat Dewi yang padat berisi.

"Sinting, dalam situasi seperti ini kamu masih mikirin memek." omel Dewi menarik tanganku masuk penginapan menuju meja resepsionis. Dewi segera membayar sewa kamar dan juga memberikan KTPnya sebelum aku sempat melakukannya. Akh menerima kunci kamar yang diberikan resepsionis dan menggandeng tangan Dewi masuk kamar sebelum tenagaku yang tersisa benar benar habis dan tidak mampu menikmati memek Dewi sebelum aku masuk Pesantren.

"Gila, nggak sabar amat..!" protes Dewi saat sudah berada di dalam kamar aku langsung memepet tubuhnya ke dinding sambil menciumi lehernya yang jenjang dan berdebu. Dua ransel yang kami bawa kulempar sembarangan.

"Aku sudah nggak tahan, di Pesantren aku tidak mungkin dapat memek.." kataku berusaha melepaskan jaket yang dikenakan Dewi.

"Alah, bohong banget. Dulu di Pesantren kamu hampir digebukin massa gara gara kepergok ngentot sama janda kampung, makanya kamu kabur takut disuruh nikahi janda, bukannya diusir." jawab Dewi membiarkan jaket yang dipakainya lepas, tidak ada penolakan saat aku meremas payudaranya yang padat sambil menciumi lehernya yang jenjang.

Aku tidak menggubris perkataan Dewi yang tahu semua rahasiaku karena tidak pernah ada rahasia di antara kami selama ini. Tidak sabar aku menarik lepas tanktop yang dipakainya, juga BH warna krem yang terlihat kekecilan tidak mampu menampung payudaranya yang besar. Payudara yang tidak akan pernah aku nikmati selama aku di Pesantren.

"Harusnya kamu bertanggung jawab sudah merenggut kesucianku sehingga aku menjadi seorang pelacur." kata Dewi yang sudah puluhan kali diulangnya saat aku melucuti pakaiannya dan aku sudah terbiasa dengan perkataannya itu. Aku lebih asyik mempermainkan payudaranya dengan rakus, menjilati permukaannya yang sangat halus sehingga aku bisa melihat urat uratnya yang abstrak tergambar indah.

"Jak, kenapa kamu selalu bisa membuatku rela menjadi budak seksmu..!" ritih Dewi menggeliat menikmati sentuhan lidahku pada permukaan payudaranya, menghisap putingnya yang semakin mengeras.

Tanpa melepaskan payudaranya, aku membuka celana jeans Dewi, dengan kasar aku menurunkannya agar tanganku leluasa menyentuh memeknya yang tidak pernah ditumbuhi bulu seperti pada kebanyakan wanita pada umumnya. Demi memeknya pula aku rela melepaskan keasikanku pada payudaranya yang indah. Aku berjongkok melepaskan celana jeans dan juga CD Dewi yang membiarkan perbuatanku.

"Kamu tidak pernah berubah, selalu memanfaatkan tubuhku." kata Dewi menaikkan pahanya di pundakku sehingga aku bisa dengan mudah menjilati memeknya, tidak peduli sudah puluhan kontol yang mencicipi kenikmatannya, sudah puluhan mili pejuh yang tertampung di dalamnya. Tapi aku tidak pernah peduli dengan hal itu, bagiku memek Dewi adalah yang terenak di antara pelacur lain yang sering kali kunikmati saat Dewi sedang melayani tamunya.

"Terusssss ennnak, kamu yang terbaik...!" kata Dewi berpegangan pada rambutku yang asik menjilati memeknya yang sudah semakin basah sehingga aku bisa meminum cairannya sebagai pelepas dahaga, cairan yang mengandung suplemen yang menyegarkan tubuhku.

Seperti musafir yang dahaga, aku terus menyeruput cairan memek Dewi yang berjuang keras menjaga keseimbangannya. Mili demi mili, aku ingin menghabiskan semuanya hingga tidak ada lagi yang tersisa.

"Akkku nggak tahannnnn kelllluar...!" Dewi menjerit dan menjambak rambutku, tubuhnya limbung dan aku tidak mampu menahannya sehingga aku terjatuh, wajahku tertindih memek Dewi membuatku tidak bisa bernafas. Aku berusaha mendorong pantat Dewi agar bisa bernafas.

"Maaf...hahahahaha, enak banget. Kamu yang terbaik, belum ada yang sehebat kamu." kata Dewi beranjak dari wajahku. Dia menarik tanganku agar berdiri.

"Gila, badan kamu makin berat." kataku berdiri memperhatikan bentuk tubuh Dewi yang semakin semok membuatnya semakin sexy menurutku dibandingkan dulu.. Mungkin pengaruh alat kontrasepsi yang dipakainya.

"Biarin, yang penting aku masih tetap sexy." jawab Dewi menarik jaketku dengan kasar berusaha membukanya. Kasar dan agresif itu yang aku suka dari Dewi, dia tidak pernah berpura pura saat berada di hadapanku, pengalaman hidup yang membuatnya seperti itu.

"Susah amat..!" gerutu Dewi saat dia berusaha membuka celana jeans yang kekecilan, siapa suruh dia salh memilih nomer celana pada akhirnya dia sendiri yang kerepotan. Aku membantu Dewi melepaskan celanaku.

"Hahahahaha, celana dalamku bisa robek disodok kontol kamu...!" kata Dewi membuatku ikut tertawa. CD Dewi terlalu tipis untukku, tapi aku tidak punya pilihan lain selain memakainya. Aku menarik nafas lega saat Dewi meloloskan CDnya yang aku pakai.

"Harusnya kontol kamu ditato, jangan cuma dada dan punggung kamu saja." kata Dewi menciumi batang kontolku dengan rakus, menjilati batangnya yang kekar dan menakutkan sebagian besar wanita yang melihatnya. Terlalu besar dan panjang sehingga ada beberapa Pelacur yang menolak melayaniku dengan alasan takut memeknya semakin longgar.

"Dew, kontolku kegedean ya?" tanyaku heran, kenapa Dewi justru sangat menikmati kontolku, bahkan dia bisa memasukkan separuh kontolku ke dalam mulutnya.

"Iya, kontol kamu terlalu besar bikin aku ketagihan." jawab Dewi mengulum kontolku dan bergerak mengocoknya walau menurutku rasanya tidak senikmat saat berada dalam jepitan memeknya. Tapi ternyata dugaanku saat ini salah, aku hampir saja menembakkan pejuhku, sesuatu yang menurutku sangat memalukan.

"Udahhhh gilaaaa, lepassssssin....!" kataku berusaha mendorong kepala Dewi yang terus mengocok kontolku.

"Aku pengen minum pejuh kamu sebagai kenang kenangan sebelum kamu masuk pesantren. Please!" kata Dewi menatapku penuh harap agar keinginannya dikabulkan.

============

"Ingat, cari alamat Mbah Kholil, jangan nanyain Nyai Jamilah." kata Dewi sebelum aku naik Bus yang akan membawaku ke Jawa Tengah.

"Aku tahu, nggak usah diajarin." jawabku merasa lucu dengan peringatan Dewi yang terus diulang ulangnya sejak di penginapan.

"Aku tahu sifat kamu, setelah lihat photo Nyai Jamilah, kamu pasti akan lebih ingat nama Nyai Jamilah daripada Mbah ( Kyai ) Kholil." jawab Dewi ketus membuatku tertawa geli. Apa yang dikatakannya benar, lebih mudah mengucapkan nama Nyai Jamilah daripada Mbah Kholil pimpinan pondok pesantren yang kharismatik.

Aku segera naik bus yang mulai berjalan perlahan, di pintu bus aku melambaikan tangan ke arah Dewi sebagai salam perpisahan. Masih banyak kursi kosong sehingga aku bisa bebas memilih tempat duduk yang aku suka dan aku memilih duduk dekat jendela yang bisa aku buka lebar.

Pesantren, nama yang selalu menjadi momok buatku, kenapa sekarang aku harus kembali masuk pesantren mempelajari berbagai macam ilmu dari kitab kuning. Untung aku masih ingat semua pelajaran di pesantren yang terpaksa terus aku hafal untuk menyenangkan hati kedua orang tuaku.

"Ke mana Mas?" tanya kernet yang menagih ongkos.

"Kendal, Pak." kataku mengatakan tempat tujuanku dan setelah kenek Bus meninggalkanku, aku tertidur dengan lelapnya setelah sejak kemarin aku nyaris tidak tidur, bahkan di penginapan aku justru mengumbar nafsu birahi dengan Dewi sebelum akhirnya kami memaketkan motor dewi dan juga belanja pakaian, beberapa stel baju koko dan sarung serta peci seperti halnya pakaian para santri. Aku juga membeli beberapa kitab kuning, Qur'an, tasbih, pulpen dan buku untuk mencatat.

"Mas, sudah mau sampai Kenda. !" kata kenek membangunkanku.

"Iyaa..!" kataku sambil menggeliat berusaha merenggangkan otot otot di tubuhku. Turun dari bus aku mencari wc umum untuk berganti pakaian dengan pakaian yang aku beli di Cirebon, baju koko dan sarung serta peci, penampilanku sekarang benar benar seperti seorang Santri.

Singkat cerita akhirnya aku sampai di tempat yang aku tuju, sebuah pondok pesantren salaf, aku tidak menemui kesulitan saat mencari alamat Mbah Kholil, semua orang mengenalnya. Sampai di rumah Mbah Kholil, Mbah Kholil sendiri yang menyambut kedatanganku.

"Silahkan duduk...!" Mbah Kholil mempersilahkanku duduk di tikar yang digelar di atas lantai.

"Terimakasih Mbah, saya Zakaria dari Bogor, niat kedatangan saya ingin mondok di sini." kataku tidak berani memandang wajah Mbah Kholil yang tenang, ciri khas yang bisa aku lihat dari orang berilmu.

"Akhmad, ada tamu." Mbah Kholil berkata pada seseorang yang sempat aku lihat sedang duduk di dalam.

"Inggih Mbah..!" jawab orang itu.

"Dari mana Nak Zakaria tahu tentang Pesantren ini?" tanya Mbah Kholil.

"Dari Bu Aminah tetangga saya, Mbah." jawabanku sesuai dengan apa yang disuruh oleh Dewi agar mengatakan aku diberi tahu pesantren ini dari Ibunya yang bernama Aminah, Bibi dari istri muda Mbah Kholil yang bernama Nyai Jamilah (Nyai nama panggilan istri seorang Kyai. Sedangkan Mbah adalah sebutan untuk Kyai Sepuh ).

"Och, bagaimana kabar Bi Aminah? Nyai, kita kedatangan tamu dari Bogor, tetangga Bi Aminah yang akan mondok di sini." kata Mbah Kholil memanggil istrinya, suaranya lantang tanpa berteriak.

"Inggih Mbah.!" kata suara merdu menyahut dari dalam, dari suaranya saja sudah membuatku merasa nyaman, apa lagi melihat wajahnya. Apakah wajahnya secantik seperti yang kulihat di photo atau malah sebaliknya. Zaman sekarang, kecantikan di photo bertolak belakang dengan kecantikan aslinya. Bisa dipastikan, dia lebih cantik di photo.


"Siapa tamu dari Bogor, Mbah?" tanya seorang wanita bersuara merdu yang muncul dari dalam membuatku melotot tidak percaya, kecantikan yang dimilikinya mengalahkan kecantikan di photo yang aku lihat di ho Dewi. Kalau ada bidadari di alam nyata, mungkin dialah orangnya.

"Jaga pandanganmu yang akan menuntunmu ke arah zina." kata Mbah Kholil membuatku menunduk malu.

Bersambung

Sorry Bro! I'm finally fucked your wife

Oke Let's begin with the introduction.
Salam guys nama gua Dino. Sekarang umur gua 30. Tinggi badan gua 175cm dengan BB 70. Jadi klo kata pacar gua badan gua itu gempal2 gimanaa gitu. Gua udah bekerja selama 7 tahun di sebuah perusahaan swasta terkenal di jakarta dan kehidupan gua sebenernya yaaaa bisa dibilang mapan lah dengan hasil kerja keras gua sendiri. Btw gua masih singgle (belum married) tapi tunangan gua ada dan kuliah S2 di jogja, jadi gua masih bisa berkreasi di jakarta wkwkwk. Selama ini di jakarta gua tinggal di kosan yang ga terlalu jauh dari kantor gua, Sekitar 30 menitan sampai lah kalo traffic lagi langgeng.

Di kantor gua punya sahabat dekat. Namanya Andi, dia udah married dan juga udah punya 1 anak. Kebetulan dia asli jakarta dan dia punya rumah lumayan deket dari kantor. Andi tinggal sekeluarga plus baby sitternya 1 orang. Gua udah berteman dengan Andi sejak gua pertama kali masuk kerja, karena kebetulan kita sama2 masih baru waktu itu dan kita emang saling bantu klo urusannya kerjaan. Saking dekatnya kadang2 klo pacar gua ke jakarta ya nginepnya dirumah dia. Bahkan kita udah sering liburan bareng. Jadi otomatis pacar gua kenal deket ama bininya dia.

Bininya si Andi ini asli Solo dan namanya Ayu, umurnya setaun lebih tua dari gua (TO nya kita ini guys). Ya lu tau lah orang solo klo udah ngomong. Selain lembut, pelan, Medok pula. Meskipun ga semua Solo-ers begitu but in this case dia emang tepat seperti yang lu bayangin tentang wanita solo. Gua juga ga ngerti tapi memang ada sesuatu yang buat gua tertarik dengan doi sejak gua pertama kali dikenalin ama si Andi. Ya klo dibandingin ama tunangan gua ya cantikan tunangan gua lah (buat jaga2 bro, kali aja dia baca threat ini, jadi klo dia baca setidaknya dia tau klo menurut gua dia memang paling cantik wkwkwkw). Tingginya SNI lah 160. Kulitnya ga putih2 amat. Bodynya juga standar emak2 anak 1. Langsing dengan lengkungan gitar spanyol. Toketnya juga ga gede2 amat kok kira2 segenggam tangan gua muat lah. Tapi gua ga ngerti kenapa menurut gua dia itu sexy. She's sexy with her own way bro. Kulitnya juga mulus, mungkin karena dirumahnya doi buka salon gitu jdi perawatan kulitnya kelas atas lah. Dengan rambut panjang sedikit bergelombang dan dicat warna hijau kuning dan merah kayak anak muda jaman now. Ditambah lagi dia pake kacamat bulet ala harry potter ngebuat dia itu always up to date about style. Dan dia itu very very well dressed, selalu bisa nempatin diri dalam berpakaian. Apalagi klo dirumah sama lakinya udah pasti dia berpakaian sexy dengan hotpants dan baju kaos tipis agak longgar sampe kadang2 keliatan bra nya yg bisa ngebuat lu ngebayangin apa yang ada dibalik pakaian itu. Bisa dikatakan gua bener2 obsessed dengan dia. Gua tau itu salah karna dia bini temen gua, tapi bodo amat namanya juga cerita bokep wkwkwkw (btw maaf bro, I Finally fucked your wife).

Fantasi gua juga ga sampai disitu aja, kadang2 saking obsessed nya gua am doi, gua suka liat fotonya di ig trus coli deh (maklum, kan gua singgle, ya terserah gua lah mau ngapain wkwkwk) tapi itu dulu sebelum gua berhasil ngehajar doi. Setelah gua dapetin yaudah deh lupa (dasar lelaki dimana2 sama aja, makanya gua ga mau nikah am laki2 karna laki2 itu kalo ga PK ya homo). Oke2 enough dengan joke2 ga jelas.

Now its the fun part.
Kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun lalu. Waktu itu hari selasa sekitar jam 6 pagi gua udah ready berangkat kerja. Dengan kemeja panjang dan blazer dark blue andalan gue, langsung aja gua panasin mobil andalan gue, trus udah mobil panas gua capcus dengan mobil andalan gue (sorry kebawa ajudan pribadi). Pagi itu memang biasa2 aja sih, taudeh jakarta klo pagi bawaanya emosi aja klo lagi dijalan. Kira2 setengah perjalanan menuju kantor, perut gua tiba2 mules. Mungkin lu juga pasti pernah ngalamin hal yang sama. Pas jalan lagi macet2nya pas juga lu kebelet boker, lu bayangin sendiri deh nikmstnya nahan boker. Kebetulan posisi gua waktu itu deket sama rumahnya si Andi, langsung aja gua telfon dia.

"Bro! lu dimana? Udah berangkat belum? Klo belum sekalian bareng gua aja deh soalnya gua juga mau numpang boker ni udah kebelet banget.
"Enak aje lu ngomong, Lu kata rumah gua toilet umum?
"Yaelah bro numpang doang kok, lagian kan jadinya kita bisa barengan berangkatnya.
"Kan gua udah bilang ama lu kemarin klo gua mesti survey ke padang, lu gmana sih.
"Oh iya gua lupa, kapan lu berangkat?
"Kemaren no' makanya gua pulang duluan kemaren.
"Ahh ga penting ah, yang penting gua mau boker ini gimana bro!
"Lha lu langsung kerumah gua aja bego, ga usah pake telfon2 segala, kayak rumah orang lain aja lu
"Kan gua ga tau klo lu lagi keluar kota, niatnya kan mau barengan kerja. Ah udah deh lu telfonin bini lu deh bilang gua mau singgah.
"Iye ah bentar.

Tanpa basa basi, langsung aja gua geber mobil sambil nyelip2 dipadatnya traffic jakarta. Ga lama kemudian sampe lah gua dirumahnya si Andi. Begitu sampe langsung gua gedor aja rumahnya, tapi baru gedor sebentar pintunya langsung kebuka. Ternyata gua udah ditungguun sama si Ayu.

"Eh Bun, sory bun aku mau numpang ke toilet nih bun, udah kebelet banget hehehhe. (Gua emang manggil doi bunda, karena buat ngebiasain didepan anak mereka)
"Iya om silahkan, tadi Andi juga udah nelfon kok, langsung aja om.

Langsung aja gua nyelonong ke toiletnya tanpa mikir panjang lagi. Posisi toiletnya emang agak belakang, dan memang juga karna udah kebiasaan gua klo ke toilet mesti handukan, gua pinjam aja handuk salon.

"Bun aku pinjem handuknya ya bun.
"Iya om ambil aja dilemari

Begitu masuk toiletnya gua buka perlahan celana gua, gua duduk di klosetnya, sambil merem melek gua keluarin aj (wkwkwk jadi cerita boker ni jadinya bukan cerita bokep, sory absurd). Tapi serius, sambil boker gua mikir dan menghayal (ngaku aja lu juga suka begini kan? Wkwkw).

Sambil mereview yang sudah terjadi (maksudnya sambil boker, trus mikir).
Sekarang si Andi lagi keluar kota, berarti Ayu sendirian dong dirumah. Eh nggak juga ding, kan masih ada anaknya sama baby sitternya. Trus juga tadi ga sempet merhatiin si doi. Tapi kayaknya doi pake celana pendek baju kaos deh. (Kalo bener kesempatan ni). Eh jangan deh bininya temen, ah bodo amat ah namanya juga cerita bokep wkwwk. Skip skip skip selesai lah pertapaan nya. Langsung keluar toilet sambil handukan. Maksudnya mau pake celananya numpang di ruang salon karena klo pakenya di toilet takut basah. Lagian tadi sebelum ke toilet kan buka celananya disitu, jadi celana panjang sama kancutnya gua taruh di atas kasur buat salon. Sambil keluar, langsung aja gua masuk ke kamar salon, pas buka pintu gua agak terkejut karena ternyata si doi lagi diruangan itu dengan posisi berdiri tapi lagi nunduk kearah gua. Sungguh pemandangan yang luar biasa, mengingat gua udah beberapa kali coli sambil ngebayangin momen ini. Dan setelah gua perhatiin ternyata benar klo si doi pake hotpants dan baju kendor andalannya, karena posisinya menunduk jadi keliatan disela-sela bajunya gundukan indah yang ditutupi bra warna ungu dan pahanya itu lho bikin gemes. Saat sedang asik2nya doi ngeberesin meja receptionisnya nyeplos aja gua negur doi.

"Eh ada bunda, sori bun kirain ga ada orang, aku mau ngambil celana bun td aku simpen dikasur.
"Eh om udah slesai?

Sambil doi menegakan posisinya, dalam sepersekian detik kejadian yg tidak diinginkan terjadi (jelas bohong, karena ini yang ditungu2). Pas dia berdiri, gua terus aja masuk ke kamar sambil ngedorong pintu biar kebuka lebar. Giliran gua masuk sambil mau ngejawab pertanyaan doi, handuknya nyangkut di handle pintu. Daaaan taraaaa.... Telanjanglah gua setengah kebawah. And that was the most awkward moment in my life ever. Gila aja lu tiba2 kebuka gitu didepan bini temen lu. Dan dalam sepersekian detik itu juga gua terdiam, gua liat si bunda juga merhatiin senjata gua sambil tertegun melongo. Karena gua panik langsung gua tutup aja pake tangan trus berusaha narik handuk yang nyangkut. Sambil berusaha nutupin senjata gua pake handuk, trus gua bilang ke doi,

"Aduh maaf bun ga sengaja, aaah pake acara nyangkut segala lagi (sambil ngedumel sendiri)
"Hahaaha aduh kok bisa gitu sih om? Jangan2 sengaja ni ya? (Tertawa smbil nutupin mulutnya pake tangan)
"Sumpah aku ga sengaja bun, beneran nyangkut sendiri ini.
"Yaudah om ga ap2, kan ga sengaja juga, lagian udah sama2 dewasa juga kan, udah biasa lah liat begituan hihihi...
"Iya sih bun, tapi kan akunya ga enak, ntar dikira kenapa2 lagi.
"Emangnya klo kenapa2 kenapa? (Wahh kode ni)
"Yaaa klo kenapa2 yaaaa kenapa2 dong.
"Hahaha absurd ah om Dino.
"Oh iya bun, tadi celana disini mana bun? Tadi aku taruh diatas kasur sini lho.
" Ya ampuuun yang diatas kasur? Aku kira celana kerjanya Andi om, jadi tadi langsung aku masukin ke mesin cuci, tu lagi dicuci dibelakang.
"Waduuuuuh kacau ini bun, jadi gmana dong bun? Masak handukan gini ke kantor bun hahahah lagian kan ada underwearnya bun, masak underwearnya Andi Bunda ga kenal?
"Tadi ga ada kok om beneran. Makanya langsung aku ambil aja, karna emang si Andi kadang2 suka sembarangan naruh pakaian.
"Iya sih bun salah aku juga, emang tadi underwearnya aku selipin ke dalam celana, maksudnya biar ga keliatan, eh malah jadi begini.
"Haahhaha maaf deh om ga sengaja.
"Iya deh bun ga apa2, udah terlanjur basah juga, mending mandi aja sekalian. (Maksudnya kode, tapi ntah doi ngeh ato ga gua ga ngerti)
"Hihihi iya deh om, om tunggu aja dulu ya om, kan ada pengeringnya juga, 1 jaman kering kok om. Yaudah om duduk dulu deh disini, sekali2 telat ngantor kan ga apa2 om. Btw om mau minum apa? Kopi ato teh om? Ntar aku bikinin.
"Susu aja deh.
"Ihh om ngaco deh, ini serius om mau minum apa?
"Kopi deh kopi hahahaha.
"Kopi ya om, lagian mintanya susu, dirumah yang ada susunya anak om, si Andi kan ga minum susu.
"Lho bukannya susu anak sama Andi sama ya bun?
"Hahahahaa itu mah susunya diperas om.
"Lha ya itu maksudnya bun hahahah
"Ih om genit deh, ntar tak bilangin pacarnya lho ya. (Sambil nunjuk2 gemes)
"Hahahhaa ampun bun, cukup disini aja.

Dan doi pun cuss kedapur bikinin kopi.
Sambil nungguin doi bikin kopi, gua pun mulai berpikiran jahat, whats my next move. Dan sebagai permulaan gua cari posisi duduk di kursi tunggu yang berhadap2an, jadi klo nnti doi duduk didepan gua, gua bisa godain dia dengan sedikit ngeliatin senjata gua. (Trus terang gua bangga ama senjata gua, krna ukuran cukup gede, klo lu pernah nonton tarzan x, nah kurang lebih kayak gitu deh senjata gua, kayak punya nya si rocco sifredi, keras kayak kayu jati wkwkwk). Dan sekitaran 5 menit, doi pun kembali dengan secangkir kopi. Dengan sedikit membungkuk doi taruh kopinya ke atas meja, kembali pemandangan indah itu gua nikmati, dan terus terang, dengan situasi kayak gitu gua jadi rada horny. Abis doi ngasi kopi, doi duduk tepat didepan gua.

"Silahkan om diminum kopinya. Mumpung masih anget.
"Iya makasih bunda. (Sambil ngambil kopi, gua buka sedikit kangkangan gua, dan ternyata senjata gua agak ngeras karna emang gua udah mulai horny, sambil neguk gua curi pandang ke doi dan ternyata doi termakan umpan, doi melototin senjata gua, hahahah).
"Oh iya bun kok hari ini bunda keliatan beda, bunda abis dandan ya? Emang mau kemana bun?
"Eh mmm iya om, (dengan nada sedikit terkejut dan salting) tadinya mau ke mini market depan situ beli deterjen, soalnya mau habis, eh kebetulan om dateng, jadi ntar aja deh.
"Tapi klo cuma kedepan situ kan ga mesti dandan cantik bun.
"Lho emang aku cantik om? Hahaha makasiiiih (dengan nada genit). Lagian kan aku memang selalu cantik (doi masih keliatan salting karna ngelihat senjata gua).
"Hahaha iya deh, bunda emang cantik kok. Btw orang rumah pada kemana? Kok sepi bun?
"Itu si dedek masih molor diatas, dia mah bangunnya jam 11 om. Biasaa anak jaman now.
"Buseet siang bener bun? Klo si mbok dimana? Kok ga keliatan juga?
"Si Mbok lagi pulang kampung om, katanya suaminya sakit. Jdi kemren berangkat buat ngurusin suaminya, katanya sih ga lama, tapi ya ga tau deh. (Dhuuuuuaaaarrr jantung gua langsung berdetak kencang cookk, pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya ini timing yang benar2 pas. Tinggal strategi aja ni dimatengin, soalnya sikon udah mendukung banget. Dan tanpa gua sadari karna sikon udah ngedukung ternyata gua juga jadi horny banget, alhasil senjata gua negang maksimal, nongol deh tu batang nyembul di balik handuk. Dan ternyata si doi sadar)
"Idiih om, itu kenapa om, kok tiba2 nyembul gitu? (Sambil ngeliatin handuk)
"Hahahha ga tau ni bun, tiba2 aja begini aku juga ga ngerti.
"Ahhhh om bo'ong ni, pasti pikirannya ngeres kemana2kan?
"Hahahaha yaaa gimana bun, mau dibohongin juga ga bisa udah kayak gini. Emang rada horny sih bun, abis bunda sih pake acara nyuci celana segala, tambah sikonnya begini lagi cuma berduaan, jadi kemana2 deeh pikirannya.
"Idih si om hornyan, baru begitu juga udah horny, ga diapa2in juga kok, apalagi diapa2in. Pantesan pacarnya kewalahan hahahahah (WTF! Pacar gua cerita kehidupan sex gua? Harusnya gua langsung marah ni sama dia, but for this particular time, im with her, makasih sayang, thank you wkwkkwkwk)
"Yaaaa ketahuan deh, jadi gimana dong bun? (Dengan keyakinan yang teguh, ntah apapun yang terjadi terjadilah, sikon juga udah mendukung banget, langsung aja gua angkat handuk gua, sambil nunjukin kontol gua, gua bilang aja). Ni jadi tegang gini gara2 bunda ini, bunda mesti tanggung jawab.

Lagi2 doi tertegun, melongo liat kontol gua yang udah keras maksimal kayak batang kayu jati. Ntah apa yang ada dipikiran doi waktu itu, ntah shock, ato terkesima (ciaelah) ato justru marah, gua juga bingung, pokoknya gua berjudi aja dengan sikon yang ada. Dan ternyata tak disangka tak diduga doi langsung berdiri dan narik tangan gua buat ikut berdiri, langsung aja doi narik kepala gua dan cuppsssss gua dicium sambil berdiri. Tanpa perlu dipandu lagi, gua juga langsung merespon. Ntah setan apa yang ngerasukin kita berdua waktu itu, yang jelas gua menang ahahahha. Ciuman ala french kiss itupun berlanjut. Dengan cekatan doi langsung ngegenggam kontol gua dengan tangan kanannya. Sambil berciuman mesra doi remas2 dan ngocokin kontol gua sambil sesekali bijinya gua di belai lembut. Mmmmmssss nikmat banget deh pokoknya. Gua juga ga mau kalah, tangan gua juga mula remas2 pantat sekelnya doi, sesekali tangan gua masuk menyeruak ke toketnya doi dan gua angkat branya ke atas supaya tangan gua bebas remesin toketnya yang kenyal. Dengan posisi itu perlahan gua didorong doi ke kasur. Semakin lama gua semakin ngerasa klo doi juga udah horny berat, kedengaran banget dari nafasnya yang memburu, toketnya juga mulai mengeras, tubuhnya juga mulai menggeliat, kocokannya ke kontol gua juga makin lama makin ganas. Setelah gua nempel ke kasur yang posisinya pas banget buat gua nyender, dia lepasin ciumannya dan genggamannya. Kedua tangannya diletakan ke dada gua, dengan wajah yang horny berat dia bilang.

"Om Dino tenang aja ya om, Bunda tanggung jawab kok. (Sambil senyum nakal dan gigit bibir)
Sumpah sexy banget. Darah gua rasanya udah numpuk dikepala kontol gua, udah mau meledak aja rasanya. Bener2 beruntung si Andi dapetin bini kayak gini. Dengan perlahan dia buka kancing baju gua satu persatu, sambil doi cium dada gua, semakin lama semakin turun ke kontol gua. Pas dia udah jongkok, gua cuma bisa pasrah. Seperti kerasukan setan, doi nyepongin kontol gua. Ugghhhh asli nikmat banget.

"Om, bunda suka banget kontolnya om, ternyata kontolnya om lebih gede dari punya si Andi, (Guaaaa gitu lho ekwkwk)

Dengan mulut yang penuh, keliatannya doi kesusahan masukin kontol gua ke mulutnya, tapi doi berusaha, sesekali dia kocokin kontol gua, sesekali juga doi angkat kontolnya supaya dengan mudah doi bisa jilatin bijinya. Ugghhhh nikmat banget, bener2 nikmat. Gua cuma bisa merem melek, nikmatin sepongan doi sambil megangin kepalanya doi supaya truss nyepongin gua.

"Sluurrpp slurrp sluurpp msssshh om, enak banget kontolnya om, msssshh mmssshhh...

Terus terang gua ga kuat, berasa udah diawang2, dan memang udah sampai puncaknya, gua bilang ke doi.

"Ahhhsss bun, enak banget bun, aku ga tahan, ssshhh, aku keluarin dimulut bunda yaaa... Ssshhhh.
"Trus aku dapet apa om kalo om keluarin sekarang? (Dengan wajah agak memelas dan kecewa)
"Tenang aja bun, aku ga akan kecewain bunda kok, aku bakal puasin bunda hari ini.
Tanpa pikir panjang lagi, gua pandu kepalanya doi untuk mempercepat sepongannya, dengan segala kenikmatan yang ada gua keluarin aja dimulutnya.
"Aaaagghhrrrgg (crot crot croottt)

Mulutnya doi penuh oleh pejunya gua. Dan tanpa dipandu doi telan semua peju yang keluar.

Dengan segera, gua angkat doi, gua masukin tangan gua buat bukain branya, sengaja baju kaos longgarnya ga gua lepas, biar doi makin sexy. Sambil ciumin leher doi, gua gendong trus gua dudukin doi di kasur.

"Sekarang giliran aku ya bun. Aku juga udah janji barusan.

Doi hanya mengangguk. Dengan cekatan gua angkat baju doi hingga ke atas toketnya, langsung aja gua kenyot toketnya. Dengan perlahan gua remes toket sebelahnya dan sebelahnya lagi gua remes2 lembut, pentilnya gua pilin2...

"Toket bunda enak banget bun.. mmsss slurp..
"Omm truss ommm...

Sambil gua jilatin toketnya, tangan gua berusaha bukain hotpantsnya, dan keliatan kalo doi juga udah ga sabar, doi ngebantu ngebuka dengan sedikit mengangkat pinggulnya supaya mudah dibuka, setelah susah payah ngelepasin hotpantsnya, akhirnya terlihat celana dalem doi yang berwarna sama dengan branya, dengan bentuk yang agak ketat dan sedikit berenda di tepinya, dengan jaring2 transparan menutupi memeknya, tanpa mengalihkan pemandangan sempurna itu, gua lanjutin ciumin toktenya, perlahan gua trun ke perutnya, mmmssssss, semakin lama semakin trun ke pusatnya, kelihatan banget wajah doi yang pasrah gua jilatin, tangan gua masih tetep remesin toketnya, tetapi lidah gua udah selangkah lagi menuju memeknya. Gua buka lebar kaki doi, dengan sedikit menggoda, gua cium memek doi, gua jilatin dulu perlahan dari lutut, jilatan gua turunin sedikit demi sedikit ke selangkangan, perlahan gua buka underwear doi kesamping, gua jilatin dulu selangkangannya, trus perlahan gua jilatin lagi bibir terluarnya, dan seketika gua lihat kewajahnya doi, gua ngeliat kalo wajah doi udah bener2 horny dan keliatan bener2 berharap gua jilatin itilnya, dengan sedikit senyuman nakal, tiba2 aja gua isep itilnya dengan ganas.

"Sluuurrrpppsss mmmmssss

Lidah gua masukin ke dalem lubang memeknya, sambil keluar masuk, sesekali gua isep juga itilnya, tangan gua juga tetao remesin taloketnya, tanpa disadari. Kepala gua udah dijepit kakinya doi, tubuhnya melengkung, matanya keatas dan hanya terlihat putihnya aja,

"Ahhhhhsss ommm Dinoooo..... Aahhhh ooommmm truuusssss, jangan berhenti om (kepala gua diremes2, kakinya ngejepit kepala gua, semakin doi teriak gua semakin cepet isepinya)

"Mmmsssss sluurrpp bun, memek kmu enak bun... Ssslluuurrpp
"OMMM trusssss ahhhhh, aku keluar ooomm, ahhrrgg

Dengan desahan yang begitu menggoda, cairan lendir kenikmatan doi mengalir deras, dan gua ga menyia2kan itu, gua isep sampe habis, dan tubuh doi pun menggelinjang hebat...

"Om Dino pinter ya mainin lidahnya, tapi kontolnya gimana? (Dengan nada rada sinis)
"Tenang Bun... (Sambil gua tarik tanganya ke kontol gua yang udah tegang lagi karna desahan doi)
Dengan remasan yang kasar ke kontol gua, dengan garangya doi bilang,
"MASUKIN SEKARANG! (Sambil ngebuka sendiri underwearnya)
"Buseeet serem banget bun hahahha.

Tanpa perlu dibantu lagi, langsung gua buka selangkangannya, gua arahin kepala kontol gua yang udah kembali maksimal. Dengan gerakan naik turun, gua mencari sisa sisa lendir yang masih ada supaya kontol gua lebih mudah masuk ke memek doi, keliatan banget klo doi udah ga tahan, tanpa aba2 langsung aja gua tusuk mendadak memek bunda, dengan wajah sedikit kesakitan dan mulut ternganga menahan teriakan kenikmatan, tangan gua yang menahan badan gua yang jadi sasaran, doi remes tangan gua sejadi2nya. Dan setelah beberapa detik gua biarin kontol gua yang udah berhasil masuk ke memeknya, akhirnya lepas teriakan itu,

"Aaaaaarrggggghhh Om Dino nakaaal ah,, kok ga ngasi tau sih, Uhhhhsssss Penuh banget tau ga (dengan nada kesal dan rada ngambek) belum selesai doi ngedumel udah gua tarik dan gua tekan lagi.
"Aaarrgghh Oom enaaaak ssssshhhh, ayo dong om ah jgan dianggurin, Geeeeenjooooot (kali ini dengan nada yang memelas dan manja)
"Uhhhgg iya bun, tenag aja bun. (Dengan sigap gua genjot sejadi2nya)

Doi teriak kenikmatan ngerasain kontol gua yang keras, tapi gua tahan teriakannya pake tangan gua.

"Pelan2 bun, ntar dedek bangun, malah jadi ruwet nanti,...
"Udah om cepetan agghhh,, uuhhh ssshh aaahhh...

Doi udah ga ada pikiran lain, yang ada dikepalanya hanya kenikmatan akan kontol yang ngegenjot memeknya. Hampir 10 menit kita ngentot diposisi gua yg diatas, merasa bosan gua putusin buat ganti gaya. Tanpa mencabut kontol gua, gua puter badan doi jadi nungging, kakinya doi tepat berada dipinggir kasur, dengan ganasnya gua tarik badannya sedikit supaya posisinya benar2 pas ketika sambil berdiri gua genjot dengan doggy style.

"Uhhh om pelan2 doong...
"Diem ah bun...

Seperti sapi yang ditusuk hidungnya, doi cuma diem dan nurut, dan dengan blingsatan gua genjot lagi dari belakang.

"Uuhggghh aaahgh aaarggghhh Omm Ampuunn.... Enaaak banget om,,, trusssss aaaarrgghhh.....
"Mmmmsss Bundaaaa.... Ahhhrrgghh sama bun memek bunda juga enaak....
"Aaaagghhhhrrr Oooomm trusss om trusss...

Sambil genjot doi, gua tampar pantat sexynya, sesekali gua remes toketnya dari belakang.... Beberapa kali gua merasa si doi menggelinjang hebat diposisi ini, tapi gua ga berpuas diri, gua genjot trus sampai peluh keringat membasahi kami berdua, akhirnya bunda tumbang juga kesamping..

"Ampun oooomm ampun, aku ga kuat omm.... Mmmsssshh (dengan lemes dan hampir ga mampu berbicara)
"Enak aja, kan bunda tadi yang minta dimasukin..
"Sumpah om aku udah lemess... Udah ya omm cukuupp...
"ENGGAK! (Tanpa memperdulikan doi, gua angkat aja badannya)

Gua paksa doi duduk disamping, trus giliran gua yang naik ke kasur, gua baring dibawah, dan gua paksa doi naikin gua.

"Anggap aja aku kuda ya bun, hahah....
"Isssshhh nakal....

Dengan pura2 kesal, akhirnya naik juga doi, dan tanpa disuruh doi pun mulai goyanganya, dan saat itu gua bener2 kebawa suasananya, goyanyannya sungguh sexy dengan rambut terurai kesamping, doi berusaha ngiket rambutnya supaya ga ngeganggu, smbil genjotin gua, sambil iketin rambut dengan peluh diseluruh tubuh, dengan toket yang bergelayutan naik dan trun, gua berusaha ngimbangin dari bawah, sungguh pemandangan yang luar biasa sexy,

"Ugghhhh ahhh ahh ssshhh mmmsssss, kita selesaiin ya om... (Setelah selesai ngiket rambut tangan doi sekrang di dada gua dan doi ngegiggit bibir bawahnya)

Doi mulai mempercepat laju genjotannya, tangan gua nahan body doi, sesekali doi menegakkan badan sambil ngeremes toketnya yang naik turun dengan indah, gua juga ngelakuin hal yang sama, sesekali gua remes toketnya. Setelah hampir 5 menit kelihatan doi mulai kewalahan

"Oommmm ga tahaaan ommm, truussss enaaak ommm arrrghhhh trusss mmmmsss
"Iya bun trusss bun ahhhrrgghh, mmmssss, arrrghhh lagi bun lagi, aku juga mau sampe....
"Aaarggg ahhh ahhhh sshhhh iya ooomm aku juga mau sampai oomm,, kali ini barengan yaaaa omm,, arrrggggghhh.... (kita sama2 mempercepat genjotan masing2 dan tanpa peringatan)
"Ooooommmm aaarrggghhhh aku keeeelluaaaaarrr arrrghhhh (dengan teriakan yang sejadi2nya, doi pun tumbang ke pelukan gua, memeknya sungguh menjepit kontol gua dengan keras kali ini, lendirnya terasa sungguh banyak mengalir di kontol gua, badannya menggelinjang hebat, gua yang ga menyia2kan kesempatan nikmat ini, gua lanjut genjot habis2an dari bawah smbil memeluk doi)
"Ahhhrrggg Buuun, aku keluarin didalem yaaa... Uuurrrgghh...sssshh plok plok plok plok plok....
"Iyaaa Oooomm ahh ahhh ahh arrghh "Aaaaaarrrggghhhh... (Croooottt crooott croooottt) kontol gua pun memuntahkan peju didalam lubang kenikmatan doi.

Sungguh benar2 nikmat persetubuhan ini, semua dilema, rasa bersalah, nafsu bertolak belakang dengan akal sehat... Sambil memeluk dan kontol gua belum lepas dari memek doi.

"Bun, ga apa2 ni dikeluarin didalem?
"Iya nggak apa2 om, aku kan pake spiral
"Syukur deh bun kalo ga ap2...
"Iya Om Dino, Tapi.... (Tiba2 aja air matanya mulai menitih)
"Eehh jgn nangis Bun, tenaang kita memang berbuat salah, tetapi kita juga ga bisa bohong kalo ini memang kemauan kita. Kita hanya ditempat dan waktu yang salah, aku rasa klo pasangan kita diposisi yang sama mungkin mereka juga melakukan hal yang sama, iya kan? (biasaaa... Lagu lama, sok nenangin).
"Iya deh om, tapi inget, jangan sampe Andi tau ya.. (sambil ngelepasin pelukan dan nunjuk muka gua pake telunjuknya)
"Iyaaa tenang aja Bunda cantik, aku bakal diem kok asal dikasi jatah bulanan. (PLAK, tanpa diberi aba2 gua ditampar, ga keras sih, tapi lumayan mengejutkan)
"Issshhh Maunya..... Yaudah ah beres2.

Akhirnya doi kembali mungutin pakaiannya yg berserakan trus kembalin nyelesaiin celana gua yang kecuci. Gua bersih2 trus duduk dikursi sambil minum kopi dingin dan merokok sambil senyum2 klo keinget apa yang barusan terjadi.
- END-